Penulis: Putri Rizka Nurwijedah Kadir
Femisida secara istilah berasalah dari kata “femina” yang berarti perempuan dan “cida” yang berarti pembunuhan, jadi femisida adalah pembunuhan terhadap perempuan karena identitas gendernya. Secara spesifik, femisida mengacu pada pembunuhan yang dilatarbelakangi oleh kebencian, penghinaan, atau pengabaian terhadap perempuan. Ini merupakan bentuk kekerasan yang bersifat spesifik gender dan merupakan manifestasi puncak dari berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan yang dialami perempuan. Salah satu tokoh feminis yang memperkenalkan konsep femisida adalah Jill Radford dan Diana E.H. Russell pada tahun 1992 dalam bukunya yang berjudul “Femicide: The Politics of Woman Killing”. Mereka mendefinisikan femisida sebagai “bentuk yang paling ekstrim dari kekerasan berbasis gender, yang meliputi pembunuhan terhadap perempuan oleh laki-laki karena mereka adalah perempuan.” Konsep ini menekankan bahwa tindakan pembunuhan terhadap perempuan didasari oleh pandangan misoginis yang merendahkan dan menyoroti bagaimana kekerasan terhadap perempuan bukan hanya tindakan individual, tetapi juga mencerminkan sistem patriarki yang mendukung subordinasi dan kekerasan terhadap perempuan.
Dalam konteks feminisme, femisida dianggap sebagai manifestasi dari sistem patriarki yang menempatkan perempuan dalam posisi subordinat. Kajian feminisme bukan sekedar mengangkat tema tentang keterlibatan perempuan diberbagai isu internasioal, melainkan feminisme memakai konsep kunci gender sebagai pisau analisis. Salah satu aliran teori feminisme yang mengarah pada kasus femisida adalah teori feminisme radikal. Feminisme radikal percaya bahwa subordinasi kaum perempuan lebih disebabkan oleh sistem sosial-budaya masyarakat yang mengistimewakan laki-laki patriarki. Oleh karena itu, penganut aliran ini ingin meruntuhkan sistem patriarki agar tidak ada lagi subordinasi terhadap kaum perempuan.
Femisida dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti pembunuhan dalam hubungan intim, pembunuhan terkait masalah keluarga, pembunuhan karena praktik budaya (salah satunya kekerasan atas nama kehormatan), pembunuhan akibat perdagangan manusia, pembunuhan perempuan terhadap penyandang disabilitas, pembunuhan massal dalam konflik bersenjata, dan masih banyak lagi. Hal ini mencerminkan bahwa femisida tidak terjadi dalam lingkup domestik saja, tetapi juga dalam ranah publik dan bahkan dalam skala yang lebih luas. Seperti halnya dalam beberapa studi kasus berikut yang menyangkut femisida di Meksiko, diantaranya:
- Kasus pembunuhan di Ciudad Juarez dan Chihuahua, menjadi simbol tragedi femisida di Meksiko. Sejak tahun 1993 hingga 2005, lebih dari 370 perempuan dibunuh di kota ini, pembunuhan tersebut biasa dibarengi dengan perdagangan manusia, penyiksaan, dan pemerkosaan sebelum dibunuh. Selain itu, banyak kasus yang tidak diselidiki dengan baik dan pelakunya tidak pernah ditemukan.
- Kasus Ingrid Escamilla di tahun 2020 di Mexico City, seorang mahasiswa berusia 25 tahun yang dibunuh secara brutal dan dimutilasi oleh pacarnya, kasus ini menjadi pembunuhan sadis terhadap Ingrid Escamilla. Tubuhnya ditemukan dalam keadaan dikuliti dan beberapa organnya hilang. Kasus ini memicu protes besar-besaran dalam menentang femisida dan kekerasan terhadap perempuan dengan menuntut tindakan yang lebih tegas dari pemerintah.
- Pekerja migran sebagai korban Kartel Narkoba, banyak pekerja migran perempuan yang menjadi korban pemerkosaan, perbudakan, dan pembunuhan oleh kartel narkoba di sepanjang jalur migrasi di Meksiko. Hal ini sering terjadi karena mereka selalu menjadi sasaran yang diakibatkan oleh rasa ketidakberdayaan dan rentan terhadap kejahatan. Dalam laporan dari organisasi Doctors Without Borders, menyebutkan bahwa 68% perempuan migran mengalami kekerasan seksual disepanjang perjalanan.
Meksiko telah lama menyandang predikat sebagai salah satu negara dengan tingkat kekerasan terhadap perempuan yang tinggi di dunia. Kasus femisida atau pembunuhan perempuan karena jenis kelaminnya, telah menjadi masalah yang mengakar dan menghawatirkan di negara ini. Dalam menghadapi eskalasi kasus femisida tersebut, pemerintah Meksiko telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi masalah ini. Salah satu langkah utama adalah menetapkan Undang-Undang Umum tentang Akses bagi Perempuan untuk Kehidupan Bebas dari Kekerasan, yang disahkan pada tahun 2007. Undang-Undang ini mengatur pembentukan sistem nasional untuk mencegah, mengatasi, menghukum, dan memberantas kekerasan terhadap perempuan. Selain itu, Organisasi non-pemerintah seperti Amnesty International, UN Women, dan Human Rights Watch telah mengeluarkan laporan dan mengkampanyekan kasus ini untuk menekan dan mendesak pemerintah Meksiko agar mengambil tindakan yang lebih tegas dalam menyelidiki dan menghukum pelaku femisida dengan meningkatkan kapasitas investigasi.
Komite Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) telah berulang kali mengkritik dan mendesak Meksiko untuk mengambil langkah-langkah lebih tegas dalam mengatasi masalah femisida yang merajalela di negara tersebut. Komite ini bertanggung jawab untuk memantau implementasi konvensi CEDAW yang telah menyoroti tingginya tingkat kekerasan terhadap perempuan di Meksiko dan kurangnya implementasi undang-undang serta kebijakan untuk mencegah femisida dari pemerintah. Dalam laporannya, Komite CEDAW menekankan agar Meksiko mengambil tindakan yang lebih konkret dalam mencegah dan menghukum para pelaku femisida, termasuk memperkuat sistem peradilan di Meksiko.
Femisida yang terjadi di Meksiko menjadi perhatian seirus bagi negara-negara Segitiga Utara Amerika Tengah (El Salvador, Guatemala, dan Honduras) karena banyak pekerja migran perempuan dari negara-negara tersebut yang melintasi Meksiko dalam perjalanan mencari pekerjaan. Mereka sangat rentan menjadi korban kekerasan dan pembunuhan disepanjang rute migrasi. Namun, ketiga negara tersebut telah mengecam femisida di Meksiko dan mendorong pemerintah Meksiko untuk mengambil tindakan nyata dalam melindungi hak-hak pekerja migran perempuan. Selain itu, negara-negara Segitiga Utara Amerika Tengah mendesak Meksiko untuk memperkuat perlindungan terhadap pekerja migran perempuan meningkatkan penyelidikan dan penghukuman bagi pelaku femisida. Kasus femisida di Meksiko merupakan tragedi kemanusiaan yang mengerikan dan belum teratasi dengan baik. Meskipun telah ada upaya dari pemerintah, masyarakat sipil, organisasi non-pemerintah, dan dunia internasional, angka pembunuhan terhadap perempuan di Meksiko masih terbilang tinggi, dengan banyak kasus yang tidak ditindaklanjuti secara memadai. Faktor-faktor yang memperparah masalah ini adalah diskriminasi gender yang mengakar, impunitas bagi pelaku, dan keterlibatan kartel narkoba. Dengan direalisasikannya komitmen, kerja sama, dan reformasi sistem peradilan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, kasus femisida di Meksiko dapat diatasi dan hak-hak perempuan dapat dilindungi secara lebih baik. Upaya untuk menghapuskan femisida tidak hanya terbatas pada penghukuman pelaku, tetapi juga melibatkan perubahan struktural dalam masyarakat yang memungkinkan terciptanya kesetaraan gender dan penghormatan terhadap hak-hak perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
Rosyidin, M. 2022. Teori Hubungan Internasional: Dari Perspektif Klasik Sampai Non-Barat. Edisi ke-2, PT RAJAGRAFINDO PERSADA/Rajawali Pers. Depok.
Komnas Perempuan. 2021. Femisida Tidak Dikenal: Pengabaian Terhadap Hak Atas Hidup dan Hak Atas Keadilan Perempuan dan Anak Perempuan. Jakarta Pusat.
Medecins Sans Frontieres. 2017. Forced to Flee Central America’s Northern Triangle: A Neglected Humanitarian Crisis. https://www.msf.org/forced-flee-report-central-american-migration
Amnesty International. 2003. Mexico: Intorelable Killings: 10 years of abductions and murders of women in Ciudad Juarez and Chihuahua. https://www.amnesty.org/en/documents/AMR41/026/2003/en/
UNHCR. 2015. Women on the Run: First-hand Accounts of Refugees Fleeing El Salvador, Guatemala, Honduras, and Mexico. https://www.refworld.org/reference/countryrep/unhcr/2015/en/107791
Russell, D. E. H., & Radford, J. 1992. Femicide: The politics of woman killing. New York: Twayne Publishers.
Simonovic, D. 1979. Convention on the Elimination of All forms of Discrimination Against Women. https://legal.un.org/avl/ha/cedaw/cedaw.html
Canada: Immigration and Refugee Board of Canada. 2017. Mexico: Domestic violence, including legislation; protection and support services offered to victims by the state and civil society, including Mexico City (2015-July 2017), MEX105952.E. https://www.refworld.org/docid/59c116e24.html Human Rights Watch. 2023. Mexico: Events of 2022. https://www.hrw.org/world-report/2023/country-chapters/mexico