Pada tanggal 28 November 2024, diskusi terkait salah satu paradigma tradisional yakni Strukturalisme, diadakan oleh HIMAHI FISIP UH dengan tajuk yang saat ini tertera pada judul artikel. Melalui diskusi ini, kita mencoba memahami kembali pandangan strukturalisme dalam melihat adanya sistem yang membelenggu kaum ‘proletar’ di bawah cengkeraman ‘borjuasi’. Oleh karenanya, sebuah artikel dirasa perlu untuk turut menyampaikan materi diskusi agar bisa diakses oleh HI-mates di manapun berada.
Asumsi Dasar Strukturalisme dalam melihat dunia
Ilmu HI terus beradaptasi dan berkembang dengan berbagai pemikiran melalui perspektif yang berbeda-beda dalam memandang bagaimana kedamaian dunia seharusnya dapat diciptakan. Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian tertuang ke dalam suatu paradigma HI yang melihat fenomena menggunakan sudut pandang tertentu, beberapa di antaranya yang merupakan paradigma tradisional ialah Realisme, Liberalisme dan Strukturalisme.
Setiap paradigma tradisional digunakan dalam menganalisis fenomena internasional dengan dasar pemikiran yang amat berbeda. Apabila Realisme melihat sistem internasional yang bersifat anarki, Liberalisme kemudian memberikan pandangan optimis akan sistem internasional di mana interdependensi hadir dan negara-negara dapat bekerja sama. Di antara kedua paradigma tersebut, Strukturalisme kemudian hadir untuk memberikan kritik terhadap keduanya dan memaparkan suatu pandangan baru melalui kacamata pentingnya ekonomi dalam sistem internasional. Tentu, apabila membahas mengenai strukturalisme maka tidak akan terlepas dari revolusi industri yang terjadi di Inggris pada kisaran tahun 1760 hingga 1850. Revolusi industri menjadi pemicu utama lahirnya paradigma strukturalisme, perkembangan alat-alat produksi yang kemudian menjadi kepentingan pribadi milik perusahaan tertentu mengarahkan dunia pada terbentuknya sistem kelas dengan terdapat pemilik modal yang dalam paradigma ini lebih dikenal dengan sebutan ‘borjuis’ dan kaum pekerja atau buruh yang lebih dikenal dengan sebutan ‘proletar’ (Waltz, 1979).
Perjalanan panjang ketimpangan kelas
Revolusi industri kemudian membentuk sistem yang dikenal sebagai kapitalisme, di mana terjadi eksploitasi terhadap kelas proletar oleh kaum borjuis dengan berdasarkan kepada prinsip ekonomi. Pemikiran awal kemudian berkembang terkait kapitalisme, salah satunya adalah pemikiran Karl Marx yang lebih dikenal dengan Marxisme, teman teman pernah dengar pasti di konten sosial media. Marxisme itu apa sih? Marxisme adalah serangkaian pemikiran kritis atas kesenjangan antara kaum borjuasi dan proletariat, sederhananya didasarkan pada distribusi upah yang timpang dan kemiskinan struktural yang ditujukan kepada kaum proletar. Apa itu kemiskinan struktural? Kemiskinan struktural berarti, suatu kelompok masyarakat bukan miskin karena mereka ‘malas’ tetapi karena mereka sengaja ‘dimiskinkan’ oleh sebuah struktur. Contohnya? Pendidikan mahal di perguruan tinggi yang hanya bisa diakses sebagian orang, sedangkan syarat pekerjaan yang memadai adalah menjadi sarjana. Worst case yang terjadi, pemilik modal akan terus menjadi pemilik modal, sedang buruh akan terus menjadi buruh.
Dasar pemikiran ini yang kemudian digunakan dalam melihat hubungan negara-negara dalam sistem internasional menurut paradigma strukturalisme. Strukturalisme atau juga dikenal sebagai neo-marxisme, hadir pasca Perang Dunia II sebagai pandangan baru atas pemikiran Karl Marx sebelumnya. Strukturalisme memiliki asumsi dasar bahwa dunia telah terbentuk dalam suatu sistem internasional yang didasarkan pada kekuatan ekonomi, dengan kata lain strukturalisme melihat adanya bentuk sistem kelas borjuasi dan proletariat dalam tingkatan negara.
Buah pemikiran Strukturalisme
Beberapa buah pemikiran dalam strukturalisme adalah salah satunya pengelompokan negara-negara ke dalam beberapa tingkatan yang dikenal sebagai World System Theory yang berkembang sejak tahun 1974. WST dikemukakan oleh Immanuel Wallerstein, di mana ia mengelompokkan negara ke dalam tiga kelas berdasarkan kekuatan ekonomi yaitu, negara Core atau negara maju, negara semi-pheriphery atau negara berkembang dan negara pheriphery atau negara miskin. Teori ini dikemukakan dengan berdasarkan pada analisis sejarah perkembangan sistem kapitalisme dalam dunia internasional. Berkaitan dengan World System Theory, salah satu teori yang juga berada dalam arena paradigma strukturalisme adalah teori dependensi yang telah berkembang sejak tahun 1950 oleh Raul Prebisch dan kemudian dipopulerkan kembali oleh Andre Gunder Frank pada tahun 1960-an. Teori ini mengemukakan terkait ketergantungan yang dialami oleh negara-negara tertentu dengan tingkat perekonomian lebih rendah kepada negara-negara industri dengan kekuatan ekonomi yang lebih besar (Burhanuddin, 2015)
HI-mates yang sudah baca sampai paradigma strukturalisme, sudah baca dua paradigma lainnya belum?
Referensi
JURNAL WANUA JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN, 1(1), 1-16. Burhanuddin, A. 2015. Rethinking World System Theory: A Historical and Conceptual Analysis.
Waltz, K. N. (1979). Theory of International Politics. Berkeley: Addison – Wesley Publishing Company.